Makalah
MEDIA PEMBELAJARAN DAN KERUCUT EDGAR DALE
OLEH:
NAMA : WAFILA
STAMBUK : A 241 15 048
KELAS : C
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
2016
Media pembelajaran adalah salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dapat membantu guru memperkaya wawasan siswa. Berbagai bentuk dan jenis media pembelajaran yang digunakan oleh guru akan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Secara etimologi, kata media berasal dari bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Sedangkan dalam bahasa Arab media diartikan wasaala,yang artinya perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Adapun secara terminologi (istilah),beberapa tokoh mengemukakan pengertian media pembelajaran sebagai berikut :
a. Gagne (dalan Sadiman dkk, 1993 : 1) menyatakan, bahwa media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungannya.
a. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan, media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau membuat siswa mampu memperoleh pengtahuan, keterampilan, atau sikap. Dlam pengertian ini, guru, buku teks, ddan lingkungan sekolah merupakan media.
b. Heinich dkk (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam prose belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psokologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu efektifitas proses pembeljaran dan penyampaian pesan atau sis pelajaran pada saat itu. Di, samping itu media pembeljaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan datadengan menarik da terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi, serta membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar (Kustandi & Sucipto, 2011 : 21).
Levie dan Letz (1982) yang dikutif oleh Kustandi dan Sucipto (2011) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :
a. Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
a. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informas yang menyangkut masalah sosial atau ras.
b. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-emuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat iformasi atau pesan yang terkandung dalam gambar
c. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pemebelajran brfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima seta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Klasifikasi Media pembelajaran
Pada saat ini kta diahadapkan pada piliahn medai yang abnyak sekali. Berbagai usah telah dilakukan untuk membagi – bagi media dalam klasifikasi, katagiri atau golongan tertentu, didasarkan pada kemampuannya, bentuk fisik, biaya, dan sebagainya. Salah satu penggolongan media yang dilakukan oleh Schramm, yaitu :
a.
Media besar,dimana media ini memerlukan biaya investasi besar dan perlu digunakan secara meluas untuk mencapai skala ekonomis.
b.
Media kecil, yaitu media yang sederhana dan dapat dipakai secara lebih luwes.
Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan
tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui
simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke
abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode
dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran.
Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone
of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar
tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Kerucut
Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John Dewey (salah satu tokoh
aliran progresivisme) dengan gagasan – gagasan dalam bidang psikologi yang
tengah populer pada masa itu.
Sedangkan, James Finn seorang mahasiswa tingkat
doktoral dari Edgar Dale berjasa dalam mengusulkan bidang komunikasi
audio-visual menjadi Teknologi Pembelajaran yang kemudian berkembang hingga
saat ini menjadi suatu profesi tersendiri, dengan didukung oleh penelitian,
teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem dan
proses mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan
antara bahan dengan proses pembelajaran.
Dale dalam Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone
Experience) mengatakan:
“hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman
langsung (kongkrit), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang
kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin
keatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar
dan interaksi mengajar tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi dimulai
dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar”.
Pengalaman langsung akan memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam
pengalaman itu, oleh karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran,
perasaan, penciuman, dan peraba”.
Dale berkeyakinan bahwa symbol dan gagasan yang
abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap manakala diberikan dalam bentuk
pengalaman konkrit. Kerucut pengalaman merupakan awal untuk memberikan alasan
tentang kaitan teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Pengalaman Langsung
(Direct รข€“ Purposeful Experiences)
Dasardari pengalaman kerucut Dale ini adalah merupakan
penggambaran realitas secara langsung sebagai pengalaman yang kita temui
pertama kalinya. Ibarat ini seperti fondasi dari kerucut pengalaman ini, dimana
dalam hal ini masih sangat konkrit.Dalam tahap ini pembelajaran dilakukan
dengan cara memegang, merasakan atau mencium secara langsung materi pelajaran.
Maksudnya seperti anak Taman Kanak-Kanak yang masih kecil dalam melakukan
praktik menyiram bunga. Disini anak belajar dengan memegang secara langsung itu
seperti apa, kemudian menyiramkannya kepada bunga.
Pengalaman Tiruan (Contrived Experiences)
Tingkat kedua dari kerucut ini sudah mulai mengurangi
tingkat ke-konkritannya. Dalam tahap ini si pebelajar tidak hanya belajar
dengan memegang, mencium atau merasakan tetapi sudah mulai aktif dalam
berfikir.Contohnya seperti seorang pebelajar yang diinstruksikan membuat
bangunan atau gedung. Disini pebelajar tidak membuat gedung sebenarnya
melainkan gedung dalam artian suatu model atau miniature dari gedung yang
sebenarnya.
Dramatisasi (Dramatized Experiences)
Kita tidak mungkin mengalami langsung pengalaman yang
sudah lalu. Contohnya seperti pelajaran sejarah. Apakah kita mengalami lansung
sejarah itu? Tentu tidak. Maka dari itu drama berperan dalam hal ini. Sejarah
yang kita pelajari bisa kita jadikan drama untuk pembelajaran. Mengapa drama?
Karena dengan drama si pebelajar dapat menjadi semakin merasakan langsung
materi yang dipelajarkan.Jika kita bisa membagi dua bagian ini, maka bagian
akan terbagi menjadi partisipasi dan observasi. Partisipasi merupakan bentuk
aktif secara langsung dalam suatu drama, sedangkan observasi merupakan
pengamatan, seperti menonton atau mengamati drama tersebut.
Demonstrasi (Demonstrations)
Demonstrasi disini merupakan gambaran dari suatu
penjelasan yang merupakan sebuah fakta atau proses. Seorang demonstrator
menunjukkan bagaimana sesuatu itu bisa terjadi. Misalnya seperti seorang guru
kimia yang mendemonstrasikan bagaimana hydrogen bisa terpisah dari oksigen
dengan menggunakan elektrolisis. Atau seorang guru matematika yang
mendemonstrasikan bagaimana menghitung dengan menggunakan sempoa.
Karya Wisata (Field Trip)
Jika kita berkarya wisata, biasanya kita melihat
kegiatan apa yang sedang dikalukan orang llain. Dalam karya wisata ini
pebelajar mengamati secara langsung dan mencatat apa saja kegiatan mereka.
Pebelajar lebih mengandalkan pengalaman mereka dan pemelajar tidak perlu
memberikan banyak komentar, biarkan mereka berkembang sendiri.
Dari uraian-uraian yang dikemukakan pada bagian
terdahulu, dapat disimpulkan bahwa berbagai jenis media tersebut pada dasarnya
dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu media cetak, media
elektronik dan objek nyata atau realita.
- Media Cetak
Bagi kebanyakan orang, istilah “media cetak”, biasanya
diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan professional,
seperti buku, majalah, dan modul. Sebenarnya, disamping itu masih ada bahan
lain yang juga dapat digolongkan ke dalam istilah “cetak”, seperti
tulisan/bagan/gambar yang difoto kopi ataupun hasil reproduksi sendiri.
Meskipun akhir-akhir ini masyarakat banyak tertarik
oleh dunia elektronik yang lebih modern tampaknya bahan-bahan cetak tidak akan
ditinggalkan sebagai media pengajaran. Artinya, bahan-bahan cetak ini akan
selalu memegang peranan penting dalam prndidikan dan pelatihan. Kecenderungan
yang ada menunjukkan, di masa yang akan datang media cetak dan media komunikasi
lainnnya akan berbagai tugas dalam melayani kepentingan belajar para siswa di
sekolah. Tentu saja dengan diperkenalkan proses percetakan yang baru, cepat,
dan ekonomis, maka mereka yang berkecimbung dalam program pendidikan lebih
mampu mendistribusikan buku teks yang murah, unit pengajaran terprogram buku
kerja dan booklet bergambar, lebih mudah dari sebelumnya. Bahan cetak dalam
berbagai bentuk dapat dikirim ke tempat terpencil, dan dapat digunakan sebagai
bahan belajar mandiri. Kelebihan media cetak tampaknya semakin menonjol dengan
dengan semakin berkembangnya teknologi reproduksi dewasa ini.
Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan
media cetak ini :
Keuntungan
Keuntungan darimedia cetak ini, disamping relative
murah pengadaannya, juga lebih mudah dalam penggunaannya, dalam arti tidak
memerlukan peralatan khusus, serta lebih luwes dalam pengertian mudah
digunakan, dibawa atau dipindahkan.
Kelemahan
Kelemahan dari media ini, terutama jika kurang
dirancang dengan baik, cenderung untuk membosankan. Di samping itu, media ini
kurang dapat memberikan suasana yang “hidup” bagi murid-murid.
- Media Elektronik
Di samping penggunaan media cetak, dalam upaya
pengajaran dewasa ini pula adanya perkembangan yang semakin pesat dalam penggunaan
media elektronik. Ada berbagai macam media elektronik yang lazim dipilih dan
digunakan dalam pengajaran, antara lain:
Perangkat Slide atau Film Bingkai
Media ini menuntut keterampilan dan perlengkapan
tertentu dalam pengadaannya. Sekalipun media ini lebih banyak bersifat visual,
banyak ahli menyarankan penggunaannya dalam pengajran. Objek-objek yang ingin
diperlihatkan melalui slide ini dapat ditampilkan dalam warna yang lebih
realistik dan orisinil. Di samping itu, perangkat slide ini mudah disusun kembali
bila perlu,dapat dikombinasikan dengan alat lain (misalnya audio-tape) agar
lebih efektif , dan dapat disesuaikan dengan kepentingan setiap individu atau
kelompok.
Film Strips
Media ini agak sulit pengadaan dan penggunaannya
karena membutuhkan keterampilan khusus. Di samping itu karena susunan filmnya
bersifat permanen, sulit diadakan perubahan bila sewaktu-waktu guru menghendaki
urutan yang berbeda dari penyajian yang telah ada. Namun demikian, media ini
memiliki, keuntungan-keuntungan tertentu dalam penggunaannya. Karena urutannya
telah tersusun secara sistematis, hal ini sangat membantu siswa dalam memahami
gejala atau peristiwa yang diperlihatkan di dalamnya. Di sampingkan itu, film
strips ini dapat dikombinasikan dengan alat lain, misalnya dengan rekaman atau
petunjuk tertentu, dapat digunakan untuk studi individual atau kelompok, serta
dapat dioperasikan dengan bantuan peralatan yang relative sederhana.
Rekaman
Media rekaman, khususnya audio-tape, dapat digunakan
untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran serta pelajaran serta bersifat luwes
dan mudah diadaptasikan penggunaannya sesuai dengan keperluan. Secara teknis,
media ini mudah dioperasikan dan cukup ekonomis. Penggunaannya dalam proses
pengajaran dapat dikatakan tidak mengalami kesulitan, baik untuk pengajaran
perorangan/individual maupun kelompok. Media ini tersedia di mana-mana karena
kebanyakan anggota masyarakat kita memilkinya. Berbagai topik, konsep, prinsip,
dan prosedur dapat disampaikan melalui rekaman yang telah dipersiapkan dengan
teliti sebelumnya.
Overhead Transparancies
Di samping media-media elekttronik yang telah
dikemukakan di atas, overhead transparancies (OHT), yang disajikan dengan
bantuan overhead projector (OHP), juga sangat dianjurkan penggunaannya dalam
berbagai kegiatan pengajaran. Keuntungan yang diperoleh melalui penggunaan
media ini ialah bahwa penyajian informasi dapat dilakukan secara sistematis
berdasarkan urutan yang ditetapkan oleh guru, perencanaannya cukup sederhana,
serta dapat digunakan untuk kelas yang besar bersama-sama.
Video Tape/Video Cassette
Penggunaan media ini dalam penyajian berbagai materi
epljaran memberikan banyak keuntungan, misalnya dalam memperlihatkan proses
pertumbuhan tanaman, ehidupan dalam berbagai kelompok masyarakat, serta kilasan
peristiwa di masa lalu. Dengan media ini kebutuhan berbagai program pendidikan
dapat dipenuhi dengan baik, berbagai sumber informasi yang tidak mungkin
diberikan melalui media lainnya dapat disajikan melalui film video. Alat ini
dapat diputar kembali yang memungkinkan terjadinya proses umpan balik untuk
perbaikan dan peningkatan upaya pengajaran.
Secara menyeluruh, keuntungan dan kelemahan dari media
elektronik ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
Keuntungan
Keuntungan dari media elektronik ini pada umumnya
ialah dapat memberikan suasana yang lebih “hidup” penampilannya lebih menarik,
dan di samping itu dapat pula digunakan untuk memperlihatkan suatu proses
tertentu secara lebih nyata.
Kelemahan
Kelemahan media ini, terutama terletak dalam segi teknis
dan juga biaya. Penggunaan media ini memerlukan dukungan sarana dan prasarana
tertentu seperti listrik serta peralatan/bahan-bahan khusus yang tidak
selamanya mudah diperoleh di tempat-tempat tertentu. Di samping itu, pengadaan
maupun pemeliharaannya cenderung menuntut biaya yang mahal.
Realita
(Objek Nyata atau Benda Sesungguhnya)
Untuk mencapai hasil yang optimum dari proses
belajar-mengajar, salah satu hal yang sangat disarankan adalah digunakannya
pula media yang bersifat langsung dalam bentuk onjek nyata atau realita.
Objek yang sesungguhnya, akan memberikan rangsangan
yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang
menyangkut pengembangan ketrampilan tertentu, misalnya berkebun. Melalui
penggunaan objek nyata ini, kegiatan belajar-mengajar dapat melibatkan semua
indera siswa, terutama indera peraba.
Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam
menggunakan objek nyata ini :
- Keuntungan
1) Dapat memberikan
kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu
ataupun meaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata.
2) Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih
ketrampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indra.
- Kelemahan
1) Membawa murid-murid
ke berbagai tempat diluar sekolah kadang-kadang mengandung risiko dalam bentuk
kecelakaan dan sejenisnya.
2) Biaya yang diperlukan
untuk mengadakan berbagai objek nyata kadang-kadang tidak sedikit, apalagi
ditambah dengan kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya.
3) Tidak selalu dapat
memberikan semua gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti
pembesaran,pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus
didukung pula dengan media lain.
Pembelajaran dikembangkan bila merujuk pada kerucut
Edgar Dale diatas maka masuk pada seluruh bagian piramida Dale. Penguatannya
pada bagian piramida terbawah yaitu benda tiruan dan pengalaman langsung
melalui praktek
Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa Kerucut Ecdgar Dale
merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang ketertarikan
antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual, dimana hasil belajar
seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada
di lingkungan kehidupan seseorang. Semakin keatas puncak kerucut semakin
abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak
harus dari pengalaman langsung tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yg dihadapi dengan
mempertimbangkan situasi belajar.
Pengalaman langsung tersebut melibatkan indera
penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba. Symbol dan gagasan
yang abstrak dapat lebih mudah dipahami dan diserap manakala diberikan dalam
bentuk pengalaman kongkrit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015). Makalah Pengembangan Media Pembelajaran. [online], Tersedia :https://avanepuenyajaritengah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-pengembangan-media-pembelajaran.html[7 Desember 2016]
Bagus. 92014). Kerucut Pengalaman Cone of Experience Edgar Dale. [online], Tersedia :https://bagusdwiradyan.wordpress.com/2014/07/06/kerucut-pengalaman-cone-of-experience-edgar-dale/